Sabtu, 11 Januari 2014

IMUNISASI

1.     Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten (Depkes RI, 2005).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat.A.A, 2009).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. dengan memasukan kuman atau bibit penyakit tersebut, tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit penyerang tubuh (Sudarmanto, 2000).

2.     Manfaat dan Tujuan Imunisasi
Manfaat imunisasi dan tujuan pemberian imunisasi adalah memberikan kekebalan tubuh pada bayi dari penyakit-penyakit tertentu.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya (Depkes RI, 2005).
Tahun 1997 Depkes telah mencanangkan program pengembangn imunisasi (PPI) Yang menunjukkkan agar semua anak mendapat imunisasi terhadap tujuh peyakit yaitu: hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, pertusis ,dan tbc.
3.     Jenis Imunisasi
Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahan tubuh secara sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses pertahanan tubuh pertamakali adalah pertahan tubuh nonspesifik seperti komplemen dan makrofag dimana komplemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peranketika ada kuman yang masuk kedalam tubuh (Agloocon, 2009).
Imunisasi dibagi 2 yaitu (Agloocon, 2009):
1)         IMUNISASI AKTIF
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami resi imonologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkan sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon.
Kekebalan aktif terjadi bila seseorang membentuk sistem imunitas dalam tubunya. Kekebalan bisa terbentuk saat seseorang terinfeksi secara alamiah oleh bibit penyakit atau terinfeksi secara buatan saat diberi vaksin.
Kelemahan dari kekebalan aktif ini adalah memerlukan waktu sebelum si penderita mampu membentuk antibodi yang tangguh untuk melawan agen yang menyerang. Keuntungannya, daya imunitas dapat bertahan lama bahkan bisa seumur hidup.
                   Imunitsasi aktif dibagi 2 yaitu:
a.    IMUNITAS AKTIF ALAMIAH
Pada saat tubuh kita dimasuki bibit penyakit, terjadi suatu mekanisme pembentukan sisitem pertahanan tubuh yang spesifik terhadap bibit penyakit yang menyerang. Dengan demikian bila bibit penyakit itu mencoba kembali menyerang, tubuh sudah siap dengan pertahanannya.
b.    IMUNITAS AKTIF BUATAN (DIDAPAT)
Prinsip dari imunitas aktif didapat ini diambil dari imunitas aktif alamiah. Bedanya kita menyajikan bibit penyakit atau bagian daripadanya agar tubuh membentuk sistem imunitas spesifik sebelum bibit penyakit itu benar-benar datang. Inilah yang disebut vaksinasi.
Keuntungan sari pemberian vaksianasi ini adalah kita dapat mengontrol agar masuknya bibit penyakit (agen) tidak sampai menimbulkan penyakit yang parah pada diri sipenerima. Walau mungkin tidak sengaja dalam keadaan normal kekebalan taubuh dapat terbentuk.
2)         IMUNISASI PASIF
Merupakan pemberian zat imonoglobulin yaitu suatu at yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
Kekebalan pasif terjadi bila seseorang mendapat daya imunitas dari luar dirinya. Kekebalan seperti ini bisa didapat langsung dari luar atau secara alamiah (bawaan).
Keunggulan dari kekebalan pasif adalah langsung dapat  dipergunakan tanpa menunggu tubuh penderita membentuknya. Kelemahannya adalah tidak dapat berlangsung lama. Kekebalan seperti ini memang biasanya hanya bertahan beberapa minggu atau bulan saja.


a.    IMUNITAS PASIF ALAMIAH
Pada saat seorang bayi lahir kedunia, ia dibekali dengan sistem kekebalan tubuh bawaan dari ibunya. Inilah yang kita sebut dengan kekebalan pasif alamiah. Kekebalan jenis ini sangat tergantung pada kekebalan yang dipunyai oleh ibunya. Misalnya bila ibu mendapat imunisasi tetanus pada saat yang tepat dimasa kehamilan, maka anak memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk terlindung dari infeksi tetanus disaat kelahirannya.
Imunitas ibu yang dibekali pada sibuah hati antara lain imunitas terhadap difteri dan campak.
b.    IMUNITAS PASIF DIDAPAT
Pada keadaan ini imunitas didapat dari luar misalnya pemberian serum anti tetanus. Kelebihannya dapat langsung digunakan tubuh untuk melawan penyakit, tapi sayangnya kekebalan jenis ini mempunyai waktu efektif yang pendek.

4.     LIMA IMUNISASI DASAR LENGKAP
1.       Vaksin Hepatitis B PID (Prefill Injection Device)
a.    Deskripsi :
Vaksin Hepatitis B-PID adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non infeksius, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan tehnologi DNA recombinan.
(Vademecum Bio Farma Jan 2002)
b.    Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan virus Hepatitis B
c.    Cara pemberian dan dosis :
1)    Vaksin disuntikkan dengan 1 (buah) HB PID, pemberian suntikan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
2)    Pemberian sebanyak 1 dosis
3)    Dosis diberikan pada usia 0-7 hari
d.    Efek samping :
Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
e.    Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan pada penderita infeksi berat yang disertai kejang

2.       Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
a.    Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
b.    Cara pemberian dan dosis :
1)    Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).
2)    Dosis pemberian : 0,05 ml sebanyak 1 kali.
3)    Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
c.    Kontraindikasi :
1)    Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya.
2)    Mereka yang sedang menderita TBC.
d.    Efek samping :
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.

3.       Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine = OPV)
a.    Deskripsi :
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa (Vademecum Bio Farma Jan 2002).
b.    Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
c.    Cara pemberian dan dosis :
1)    Diberikan secara oral (melaalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebaanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu
2)    Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
d.    Efek Samping :
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1000.000; Bull WHO 66 : 1988)
e.    Kontraindikasi :
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh

4.       Vaksin DPT-HB
a.    Deskripsi :
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid dipteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktivasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin yang mengandung HBsAg murni dan bersifat non infectious (Vademecum Bio Farma Jan 2002).
b.    Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit dipteri, tetanus, pertusis dan Hepatitis B
c.    Cara pemberian dan dosis :
1)    Pembeerian dengan cara intramuscular, 0,5 ml sebanyak 3 dosis
2)    Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan).

5.       Vaksin Campak
a.    Deskripsi :
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infektif unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erithromycin.
(Vademecum Bio Farma Jan 2002)
b.    Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak
c.    Cara Pemberian Dan Dosis :
1)    Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut
2)    Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan
d.    Efek Samping :
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi
e.    Kontraindikasi :
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderiat gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma.


0 komentar:

Posting Komentar

Loading